Laporan Praktikum Koralogi



LAPORAN PRAKTIKUM KORALOGI
(LAPANG )




STUDI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PULAU CEMARA, GOSONG, DAN MENJANGAN BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA





Dilaksanakan dan disusun untuk dapat mengikuti ujian praktikum (responsi) pada
mata kuliah Koralogi




Oleh:
Nama              : Rois Ferdinansyah
NIM                : H1K014024
Kelompok       : 5 (Lima)
Asisten            : M. Bagus Satria





FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2016

I. MATERI DAN METODE

1.1. Materi
1.1.1. Alat
            Alat yang digunakan pada praktikum lapangan adalah alat dasar snorkeling, alat tulis, belt transect, hand tally counter, kamera waterproof, roll meter 10 m, dan coral finder tool
1.1.2. Bahan
            Bahan yang digunakan pada praktikum lapangan adalah ekositem terumbu karang yang berada di Pulau Gosong, Pulau Nyemplungan, Pulau Menjangan Besar, dan Pulau Menjangan Kecil.
1.2. Metode
1.2.1. Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
            Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang dilakukan pada komunitas terumbu karang yang memiliki jenis karang penyusun bervariasi. Pertama roll meter dibentangkan sejauh 10m, kemudian dicatat bentuk pertumbuhan (lifeform) karang, jenis substrat, dan biota asosiasi ke dalam tabel lembar kerja dan selanjutnya adalah menghitung presentase penutupan karang hidup.
1.2.2. Pengamatan dan Identifikasi Penyakit Karang
            Pengamatan identifikasi penyakit karang dilakukan jika ditemukan adanya penyakit karang (tissue loss, perubahan warna jaringan, pertumbuhan abnormal), pada lokasi tersebut dibuat patok pada area belt transek. Selanjutnya ddilakukan dokumentasi dan identifikasi penyakit karang, kemudian dimasukkan ke dalam lembar kerja dan dilakukan perhitungan prevalensi karang.
1.2.3. Pengamatan dan Identifikasi Ikan Karang
            Pengamatan dan indentifikasi ikan karang dilakukan metode pengamatan bawah air secara langsung (underwater visual sensus). Dilakukan identifikasi ikan karang berdasarkan karakteristik atau morfologi ikan selanjutnya dilakukan penghitungan jumlah ikan menggunakan bantuan hand tally counter dan data yang didapat ditulis kedalam lembar kerja unutuk dilakukan analisis perhitungan keanekaragaman jenis ikan.
1.2.4. Identifikasi Genus Karang (Coral Finder Tool)
            Identifikasi genus karang yang dilakukan pertama kalu adalah menentukan koral yang akan diidentifikasi genusnya. Setelah koral yang akan diidentifikasi ditentukan, bentuk pertumbuhan karang ditentukan sesuai dengan kolom key group, selanjutnya bentuk koralit karang diamati dan diukur dengan bantuan kaca pembesar dan alat ukur, kemudian halaman look a like dibuka untuk membandingkan karang yang diamati dengan gambar dan deskripsi pada coral finder. Hasil genus yang didapat dicatat pada lembar kerja dan dilakukan pendokumentasian
1.3. Waktu dan Tempat
            Praktikum Lapangan Koralogi dilaksanakan pada hari Minggu sampai dengan Senin pada tanggal 30-31 Oktober 2016 di Pulau Gosong, Nyemplungan, Menjangan Besar dan Menjangan Kecil Balai Taman Nasional Karimunjawa.


II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Persentase Penutupan Karang
Gambar 1. Persentase Penutupan Karang
            Persentase tutupan terumbu karang menunjukan nilai keadaan kondisi terumbu karang yang hidup di dalam suatu perairan, terumbu karang yang dapat di kategorikan terumbu karang hidup yaitu Acropora, Non-Acropora dan Soft Coral. Hasil perhitungan menunjukan bahwa kondisi penutupan terumbu karang di Pulau Menjangan  Besar memiliki hasil terbesar yaitu 71,5% dan dapat dikategorikan baik. Selanjutnya diikuti oleh Pulau Gosong dengan hasil persentase tutupan sebesar 58,6% dengan kategori baik. Pulau Menjangan Kecil sebesar 47,2% dan Pulau Nyemplungan sebesar 34% berada pada kategori sedang (Gomez dan Yap, 1988 dalam Adriman, 2012).
            Kualitas perairan sangat mempengaruhi kondisi penutupan karang. Dalam suatu perairan terdapat faktor pembatas yang mempengaruhi pertumbuhan koloni karang. Faktor pembatas karang antara lain yaitu, Kedalaman. Terumbu karang tidak dapat berkembang di perairan yang lebih dalam dari 50 – 70 m. Kebanyakan terumbu tumbuh pada kedalaman 25 m atau kurang. Cahaya harus cukup tersedia agar fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang dapat terlaksana. Titik kompensasi untuk karang nampaknya merupakan kedalaman di mana intensitas cahaya berkurang samapai 15 - 20 persen dari intensitas permukaan. Salinitas, Karang hermatipik adalah organisme lautan sejati dan tidak dapat bertahan pada salinitas yang menyimpang dari salinitas air laut normal (32 – 35 ppt).  Pengendapan, baik di dalam air atau di atas karang berpengaruh negatif terhadap karang. Kebanyakan karang hermatipik tidak dapat bertahan dengan endapan yang berat, menutupinya dan menyumbat struktur pemberian makananya. (Nybakken, 1998).
            Asosiasi atau interaksi antara setiap organisme dengan lingkungannya merupakan proses yang tidak sederhana melainkan suatu proses yang kompleks. Karena didalam lingkungan hidup banyak terdapat komponen yang disebut komponen lingkungan. Berbagai jenis makhluk hidup yang ada di ekosistem terumbu karang saling berinteraksi satu sama lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, membentuk suatu sistem kehidupan.  Suryanti dan A’in (2013) menyatakan bahwa bulu babi banyak ditemukan pada ekosistem terumbu karang terutama jenis Diadema setosum, karena kelimpahan dari popolasi spesies tersebut penting bagi terumbu karang sebagai penyeimbang.. Secara umum interaksi yang terjadi di ekosistem terumbu karang terbagi atas interaksi yang sifatnya sederhana, hanya melibatkan dua jenis biota (dari spesies yang sama atau berbeda), dan interaksi yang bersifat kompleks karena melibatkan biota dari berbagai spesies dan tingkatan trofik (Tuhumena, 2013).
2.2. Biosta Asosiasi
A.
                        (a)                                                        (b)
Gambar 2. Diadema spp. (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (gbif.org)
Klasifikasi menurut Leske (1778) adalah sebagai berikut :
Kingdom          : Animalia
    Phylum              : Echinodermata
          Class                   : Echinoidea
                Order                      : Diadematoida
                       Family                      : Diadematidae
                                Genus                     : Diadema
                                    Species                   : Diadema spp.
            Deskripsi menurut Suryanti (2014) bahwa Diadema setosum merupakan salah satu organisme laut yang ditemukan di daerah tropis indo-Pasifik, terutama di ekosistem karang. Mereka memiliki peran ekologis penting. Spesies ini dapat ditemukan dari laut merah ke Hawaii dan kepulauan Pasifik, dari pantai ke kedalaman 20-30 meter. Diadema setosum merupakan hewan yang memiliki tubuh bulat dan memiliki duri duri yang panjang dan terbagi atas 5 sekat lempengan. Diadema setosum memiliki umur 7-15 tahun bahkan kadang ada yang mencapai 200 tahun.

2.3. Penyakit Karang
2.3.1. Prevalensi Penyakit Karang
Gambar 3. Prevalensi penyakit pada karang
            Perhitungan prevalensi karang dilakukan dengan menghintung jumlah karang yang terkena penyakit dibagi dengan jumlah total karang dikali 100%. Hasil menunjukkan prevalensi tertinggi didapat pada stasiun 1 yaitu Pulau Gosong dengan hasil 50%. Selanjutnya adalah Pulau Menjangan Besar dengan hasil prevalensi 14,7% kemudian Pulau Menjangan Kecil 12,28% dan terkecil adalah Pulau Menyambplungan dengan hasil 10%. Semakin besar prevalensi menunjukkan kecenderungan serangan penyakit pada karang semakin banyak dan besar (Abrar,2013).
            Penyakit terbanyak yang didapat adalah penyakit White plague dengan jumlah 12 koloni karang yang terkena penyakit tersebut. White plague menyebabkan kehilangan jaringan yang cepat, menginfeksi banyak spesies karang, dan dapat menyebabkan kematian parsial bahkan total pada koloni. Beberapa disebabkan oleh bakteri sebgaian juga disebabkan virus. White plague dipengaruhi oleh keadaan stres dan temperatur yang meningkat, selain itu overfishing dan pertumbuhan rumput laut juga mempengarui penyebaran White plague (Soffer, 2014).
Penyakit karang menyerang koloni ketika terjadi penurunan kualitas air pada ekosistem tersebut yang biasa disebut sebagai gangguan abiotis pada karang. Gangguan kesehatan secara abiotis disebabkan oleh tekanan lingkungan seperti suhu, sedimen, toksit, dan radiasi ultra violet (Raymundo et al., 2013). Saat ini serangan penyakit karang memperburuk kondisi karang dan terjadi peningkatan sejalan dengan kenaikan suhu air laut, sehingga dijadikan indikator kenaikan suhu air laut akibat perubahan iklim dan pemanasan global (Willis, 2014).
2.3.2. Identifikasi Penyakit Karang
A.
                        (a)                                                                    (b)
Gambar 4. Purple spot. (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (reefland.com)
Deskripsi menurut Weil (2004) adalah Koloni memiliki beberapa bintik-bintik ungu di atas permukaan, atau band ungu yang berkembang di tepi dan bergerak ke pusat, meninggalkan kerangka bersih belakang yang cepat. Lebar pita ungu adalah variabel, tetapi umumnya lebih dari 1 cm. Tingkat pertumbuhannyaa adalah kira-kira. 1 cm / bulan, biasanya menyerang coral dengan lifeform massive.
B.
                        (a)                                                                    (b)
Gambar 5. Brown band. (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (oceanservice.noaa.gov)
            Deskripsi menurut Richardson (2002) adalah Lebar kerangka terkena bervariasi dengan tarif menyebar, BBD berlangsung dari tunggal titik (di margin koloni, atau dalam permukaan koloni dan memancar keluar dalam melingkar atau setengah lingkaran. Kehilangan jaringan hingga 1 cm / hari (rata-rata = 3 mm / hari). Brown band disease (BrBD) bermanifestasi pada karang sebagai Ciliata yang mendominasi yang biasanya berlangsung cepat menyebabkan kematian yang luas,
C.
                        (a)                                                                    (b)
Gambar 6. Black band (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (coastal.er.usgv.gov)
            Deskripsi menurut Richardson (2002) Black band pada permukaan karang memisahkan jaringan sehat dan putih. Band ini terdiri dari komunitas mikroba (hitam,cokelat atau kemerahan berwarna kuning dengan filamen putih) dengan tebal 1 mm. Pola mikroba hitam tersebut menghasilkan dan memelihara lingkungan dari anoksia yang berdekatan dengan karang hidup, sehingga menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan paparan hidrogen sulfida. kehilangan jaringan hingga 1 cm / hari.
D.
(a)                                                                    (b)
Gambar 6. White plague (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (coastal.er.usgv.gov)
            Deskripsi menurut Richardson (2001) White plague yang berkembang beberapa mm / hari sering mengakibatkan kematian koloni. WP bervariasi di seluruh permukaan koloni termasuk tepi dan sisi. Tepian koloni yang terkena WP menunjukkan batas yang tajam antara jaringan yang tampak sehat dan baru terkena biasanya  terlihat dengan mata telanjang. Berarti tingkat kehilangan = 3 mm / hari. WP mulai di pusat koloni dan memperluas sendiri. kehilangan jaringan terjadi sebagai patch besar di sisi besar (> 2m) kolonibahkan  bisa melebihi 10 m / hari
E.
(a)                                                                    (b)
Gambar 7. White band. (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (greenfins-Thailand.gov)
            Menurut Davis (1986) White band adalah sebuah band yang menyebabkan jaringan didalam sabuk karang mati. Jaringan berdekatan dengan sabuk tampak sehat atau membentuk sebuah sabuk sempit yang menyebabkan jaringan karang didalamnya mengupas kerangka. dimulai kematian jaringan dekat dasar koloni dan kemudian maju ke arah cabang (rata-rata = 5,5 mm / hari) Kadang mengelilingi seluruh cabang. Lebar kerangka yang terkena bervariasi tergantung pada tingkat penyebaran, dengan daerah yang lebih tua menjadi semakin dijajah oleh filamen, rumput, makro dan alga koralin.
F.
(a)                                                                    (b)
Gambar 8. Coral Tumors. (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (pbs.bishopmuseum.gov)
Deskripsi menurut Loya (2012) Daerah tumorous jauh lebih tebal daripada yang normal. Tumor ini ditandai oleh area lokal dari peningkatan laju pertumbuhan yang mengakibatkan tonjolan kasar melingkar membentang hingga 4,5 cm di atas permukaan koloni. Koloni yang lebih besar (> 80 cm) setidaknya 7 kali lebih cenderung memiliki tumor dari koloni kecil (<40 cm). Tingkat pertumbuhan radial rata-rata daerah tumor adalah 29% lebih besar dibandingkan dengan daerah normal di sekitarnya. Berbeda dengan jaringan normal, kondisi yang menyebabkan tumor adalah kondisi ekstrim dengan kekeruhan tinggi, paparan periodik dari rataan terumbu, perubahan mendadak dalam salinitas selama musim hujan dan kerusakan mekanis karang yang disebabkan oleh badai siklon tak terduga.

2.4. Pengamatan Kondisi Ikan karang
2.4.1. Kepadatan Individu atau Kelimpahan Ikan
Gambar 9. Kepadatan spesies ikan
Kepadatan populasi dihitung dengan cara membagi jumlah individu tiap spesies pada tiap stasiun dibagi dengan jumlah total ikan pada tiap stasiun. Diperoleh hasil dimana pada pulau menjangan kecil memeperoleh kepadatan populasi yang sangat tinggi dibandingkan dengan pulau lain. Pada pulau Menjangan kecil ditemukan berbagai macam spesies yang banyak pula seperti Abudefduf sexfaciatus, Abudefduf valgiensis, Neoglyphidodon nigroris, Dischistodus melantus, Epibulusin insidiator, Hemigyhidodon plagiometapon. Apogon  fucatus, Chromis atripetorarils, Caesio xanthonota, Chaetodon spp., Coris pictoides, Scarus altipinis
            Kepadatan populasi tertinggi diperoleh oleh spesies Apogon fucatus pada stasiun 3. Apogon fucatus merupakan ikan karang yang bergerombol atau berkoloni sehingga kepadatan populasinya banyak terutama pada stasiun 3. Selain itu faktor fisik dan kondisi terumbu karang stasiun 3 yang sangat baik juga mendorong banyaknya spesies, dan kepadatan populasi ikan di pulau tersebut.
2.4.2 Indeks Keseragaman, Keanekaragaman, dan Dominansi Ikan Karang
Gambar 10. Indeks Keseragaman, Keanekaragaman, Dominansi Ikan karang
Indeks keseragaman tertinggi didapat pada stasiun 2 dengan nilai indeks 0,89 dan selanjutnya pada pulau Menjangan Besar senilai 0,66, Pulau Gosong dengan nilai 0,64 dan terkecil pulau Menjangan Kecil senilai 0,35. Indeks keanekaragaman tertinggi diperoleh pada Pulau Gosong dengan nilai 2,03 selanjutnya Pulau Menjangan besar dengan nilai 1,67 kemudian Pulau Nyemplungan 1,49 dan terkecil di Pulau menjangan kecil dengan nilai 1,44. Indeks dominansi tertinggi didapat pada pulau Menjangan Kecil dengan nilai 0,31 selanjutnya Pulau Nyemplungan dengan nilai 0,24 kemudian pulau Menjangan besar dengan nilai 0,23 dan terakhir Pulau gosong dengan nilai 0,17.
Pulau Gosong memiliki skala indeks keanekaragaman tertinggi. Skala tersebut menunjukkan bahwa sebaran jenisnya juga merata, berarti tidak terjadi pemusatan individu pada satu jenis, hal tersebut mengindikasikan kondisi ekologis perairan di lokasi tersebut relatif masih stabil atau lebih alami dibanding lokasi lainnya (Adrim, 2012).
2.4.3 Kelimpahan dan Persentase Ikan Karang Berdasarkan Golongan (ekor/m2)
Gambar 11. Kelimpahan dan Persentase Ikan Karang Berdasarkan Golongan (ekor/m2) Pulau Gosong
Gambar 12. Kelimpahan dan Persentase Ikan Karang Berdasarkan Golongan (ekor/m2) Pulau Nyemplungan
Gambar 13. Kelimpahan dan Persentase Ikan Karang Berdasarkan Golongan (ekor/m2) Pulau Menjangan Kecil
Gambar 14. Kelimpahan dan Persentase Ikan Karang Berdasarkan Golongan (ekor/m2) Pulau Menjangan Besar
            Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis kelimpahan dan presentase ikan karang berdasarkan golongan didapat hasil pada pulau Gosong dengan dominansi ikan major yaitu sebesar 94%, untuk ikan Herbivora 3%, ikan target 3%. Pada pulau Nyemplungan didapat ikan major 100%, Pulau Menjangan kecil 100% ikan major dan pulau Menjangan besar ikan herbivora 92%, ikan mayor 7%, dan ikan indikator 1% .Ikan mayor merupakan ikan yang paling mendominansi pada 3 stasiun kecuali pada pulau Menjangan Besar. Ikan-ikan tersebut sebagian besar adalah dari jenis-jenis ikan yang memiliki ukuran tubuh relatif kecil, dan di alam memegang peranan penting dalam rantai makanan, terutama sebagai suplai makanan bagi ikan-ikan karnivora. Ditemukan juga beberapa jenis ikan yang berwarna tubuh yang indah sehingga berpotensi dimanfaatkan penggemar ikan hias (ikan aquarium) atau untuk atraksi wisata selam (Adrim, 2012).
2.4.2. Biota Ikan Karang
(a)                                                                    (b)
Gambar 15. Abudefduf sexfactiatus (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.se)
Klasifikasi menurut Lacepède (1801) dalam fishbase.org adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
      Phylum : chordata
              Class : Actinopterygii
                    Ordo : Perciformes
                           Family : Pomacentridae
                                Genus : Abudefduf
                                        Species : Abudefduf sexfactiatus
            Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 16 cm (TL), Badan putih dan agak kehijaun saat dewasa dengan 5 garis hitam, ciri khasnya adalah memiliki garis hitam di bagian cagak ekornya. Habitat spesies ini berada di daerah pantai, karang berbatu dan trumbu karang yang baik. Biasa berada di karang lunak dan koloni hydroid. Range kedalaman 1 - 20 m. Distribusinya meliputi Indo-Pasifik (laut merah, Mozambique hingga Jepang, Kep. Tuomoto, Lord Howe dan Kep. Rapa). Tipe pemakan Zooplankton dan alga / omnivora
(a)                                                                    (b)
Gambar 16. Abudefduf vaigiensis (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.se)
Klasifikasi menurut Quoy & Gaimard (1825) dalam fishbase.org adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
    Phylum : chordata
           Class :Actinopterygii
                  Ordo : Perciformes
                          Family : Pomacentridae
                                 Genus : Abudefduf
                                       Species : Abudefduf vaigiensis
            Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 20 cm (TL), Abu-abu dengan 5 garis hitam atau biru tua vertikal, daerah kuning di badan atas. Habitatnya di daerah rataan trumbu hingga lereng karang serta daerah berbatu. Berkelompok, memijah dalam jumlah besar. Jantan menjaga telurnya. Distribusi: Indo-Pasifik: Laut Merah an Afrika Timur – French Polynesia, Jepang - Australia. Tipe pemakan Omnivora (zoobenthos, zooplankton, alga).
(a)                                                                    (b)
Gambar 17. Amblyglyphidodon curacao (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Bloch (1787) dalam fishbase.org adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
       Phylum : chordata
             Class :Actinopterygii
                   Ordo : Perciformes
                          Family : Pomacentridae
                                  Genus : Amblyglyphidodon
                                          Species : Amblyglyphidodon curacao
            Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 13 cm (TL), memiliki beberpa variasi geografis. Populasi di Indonesia berwarna hijau dengan garis kehitaman saat dewasanya. Papua berwarna lebih keperakan dengan garis kehijaun dengan range dari jepang- Australia timur. Habitat ditemukan di daerah laguna dan lereng karang bagian luar, Juvenil sering terlihat dekat karang lunak jenis Sarcophyton dan Sinularia. Makan sering berkelompok didaerah karang. Range kedalaman 1 - 40 m. Distribusi meliputi Pasifik barat ( Rowley shoals, Malaysia - Samoa dan Tonga. Utara Kepulauan Ryukyu - selatan GBR) Tipe pemakan Zooplankton dan filamentous alga.
(a)                                                                    (b)
Gambar 18. Apogon fucata (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Cantor (1849) dalam fishbase.org adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
      Phylum : chordata
             Class :Actinopterygii
                     Ordo : Perciformes
                            Family : Apogonidae
                                      Genus : Apogon
                                               Species : Apogon fucata
            Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang maksimal 9 cm (TL), Begaris kuning dengan strip biru di dekat mata, memiliki spot hitam dipangkal ekor, Habitat umumnya berkelompok di gua-gua kecil disekitar laguna atau disela-sela karang branching. Range kedalamannya 2-60 m. Distribusinya meliputi Pantai timur benua Afrika hingga Samoa, baratdaya Jepang hingga New Caledonia. Tipe pemakan Zooplankton
(a)                                                                    (b)
Gambar 19. Caesio xanthonota (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Bleker (1853) dalam itis.gov adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia 
     Phylum : Chordata 
          Class : Actinopterygii 
                 Order : Perciformes 
                        Family : Caesionidae               
                                  Genus : Caesio 
                                               Species : Caesio xanthonota (Bleeker, 1853 )
            Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 40 cm (TL), berwarna biru keperakan dengan warna kuning hampir 1/2 badan hingga bagian kepala.Sirip ekor berwarna kuning. Habitat berada di daerah karang namun umumnya berada di kolom perairan. Aktif schooling dengan caesionid lain di kolom perairan karang. Range kedalaman 0-50 m. Distribusinya Timur Afrika hingga Indonesia (tidak di laut merah and Persia). Tipe pemakan Zooplankton.
(a)                                                                    (b)
Gambar 20. Cheilinus fasciatus (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Bloch (1791) dalam animaldiversity.org  adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
      Phylum : Chordata
           Class : Actinopterygii
                Order : Perciformes 
                        Family : Labridae
                              Genus : Cheilinus
                                     Species : Cheilinus fasciatus
Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 40 cm (TL), Bentuknya sangat mudah dikenali dengan warna merah terang mulai dr depan dorsal sampai sirip perut dan belakang mata serta garis vertikal dibadan belakangnya. Habitatnya di area laguna, karang beralga dan diarea campuran antara karang, pasir dan rubble. Range kedalaman 4-40 m. Distribusi meliputi Indo-pasifik Tipe pemakan  Moluska, krustasea.
(a)                                                                    (b)
Gambar 21. Chaetodon octofasciatus (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Bloch (1787) dalam marinespecies.org adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia 
      Phylum : Chordata 
           Class : Actinopterygii 
                  Order : Perciformes 
                         Family : Caetodontidae          
                              Genus : Caetodon
                                     Species : Chaetodon octofasciatus
Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 12 cm (TL), warna krem kekuningan dengan 7 strip vertikal dikedua sisi badan, sirip ventral berwarna kuning. Habitat biasanya berpasangan dan ditemukan didaerah karang yang masih baik, juvenile sering terlihat berkelompok di karang Acropora bercabang. Distribusi Hampir di seluruh perairan terumbu karang. Tipe pemakan Coralivore.
(a)                                                                    (b)
Gambar 22. Chaetodon spp. (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Bloch (1787) dalam marinespecies.org adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia 
      Phylum : Chordata 
           Class : Actinopterygii 
                  Order : Perciformes 
                         Family : Caetodontidae          
                              Genus : Caetodon
                                     Species : Chaetodon spp.
Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 12 cm (TL), warna krem kekuningan dengan 7 strip vertikal dikedua sisi badan, sirip ventral berwarna kuning. Habitat biasanya berpasangan dan ditemukan didaerah karang yang masih baik, juvenile sering terlihat berkelompok di karang Acropora bercabang. Distribusi Hampir di seluruh perairan terumbu karang. Tipe pemakan Coralivore.
(a)                                                                    (b)
Gambar 23. Chromis atripetorarils (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Welander and Schultz (1951) dalam marinespecies.org adalah sebagai berikut :
Kingdom:Animalia
     Phylum:Chordata
          Class:Actinopterygii
               Order:Perciformes
                    Family:Pomacentridae
                            Genus:Chromis
                                   Species:Chromis atripetorarils
Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 12 cm (TL), Badan hijau kebiruan, ekor cagak dan sangat mirip dengan C. viridis hanya dibedakan dengan spot hitam dipangkal sirip dadanya. Habitat: Dearah karang dangkal, laguna dan lereng karang. Biasa dijumpai kelompok besar di koloni karang bercabang. Range kedalaman 1-29 m. Distribusi Indo Pasifik. Tipe pemakan Zooplankton.
(a)                                                    (b)
Gambar 24. Chrysiptera springeri (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Swainson (1839) dalam marinespecies.org adalah sebagai berikut :
Kingdom:Animalia
     Phylum:Chordata
          Class:Actinopterygii
               Order:Perciformes
                    Family:Pomacentridae
                            Genus: Chrysiptera
                                   Species: Chrysiptera springeri
Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 6 cm (TL), dengan bercak hitam dibagian atas kepala, mirip dengan C.cymatilis. Habitat Habitat karang yang sehat dan laguna, biasa berada dikoloni Acropora bercabang. Range kedlaman 2-30 m. Distribusi: Pasifik barat (Indonesia-Filipina) Tipe pemakan Zooplankton dan alga bentik.
(a)                                                    (b)
Gambar 25. Coris pictoides (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Valenciennes, (1839) dalam Fishbase.org adalah sebagai berikut :
Kingdom :Animalia
     Phylum :Chordata
           Class :Actinopterygi
                     Ordo :Perciformes
                            Family :Labridae
                                  Genus :Labroides
                                           Species: Labroides dimidiatus
(marinespecies.org)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) Ciri-ciri: Panjang max 17 cm (TL), putih kehijauan dengan bagian bawah sedikit pink, beberapa garis vertical di badan dan spot hitam di tengah sirip dorsalnya. Habitat Soliter di habitat pasirdan rubble disekitar karang dan laguna Distribusi Indo-pasifik (Afrika timur-Kep. Marshal, Jepang-GBR, Australia) Tipe pemakan Krustacea kecil dan moluska/ zoobenthos.
(a)                                                    (b)
Gambar 26. Dischistodus melantus (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut (Bleeker, 1853) dalam marinespecies.org adalah sebagai berikut :
Kingdom :Animalia
     Phylum :Chordata
           Class :Actinopterygi
                     Ordo :Perciformes
                            Family :Labridae
                                  Genus:Dischistodus
      Species: D. melanotus
Deskripsi menurut Setiawan (2010) Panjang max 16 cm (TL), bagian badan atas dari kepala hingga tengah dorsal hijau kehitaman dengan batas kuning dan sebagian perut bawah dekat anal. Badan putih dengan bercak pink disekitar insang. Habitat: Memilih di daerah pasir dan rubble di area laguna dan terumbu karang. Range kedalaman 1 - 12 m. Distribusi: Pasifik barat Tipe pemakan: Alga bentik.
(a)                                                    (b)
Gambar 27. Epibulus insidator (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Pallas(1770) dalam marinespecies.org adalah sebagai berikut :
Kingdom :Animalia
     Phylum :Chordata
           Class :Actinopterygi
                     Ordo :Perciformes
                            Family :Labridae
                                  Genus:Epibulus
      Species: Epibulus insidator
Deskripsi menurut Setiawan (2010) Panjang max 54 cm(TL), cirinyamulut dapat dipanjangkan dan berguna menangkap mangsa. Warna berubah sesuai dengan umur dan variasi ada yang coklat(betina) dan kuning. Habitat: Daerah karang yang sehat, umumnya soliter. Dewasa didaerah lereng karang atau karang terjal. Range kedalaman 1-42 m Distribusi: Indo-Pasifik Tipe pemakan: Krustacea kecil dan ikan kecil / karnivora
(a)                                                    (b)
Gambar 28. Hemiglyphidodon plagiometopon (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Bleeker(1852) dalam marinespecies.org adalah sebagai berikut :
Kingdom :Animalia
     Phylum :Chordata
           Class :Actinopterygi
                     Ordo :Perciformes
                            Family :Labridae
                                  Genus: Hemiglyphidodon
      Species: Hemiglyphidodon plagiometopon
 (marinespecies.org)
Deskripsi menurut Setiawan (2010) Panjang max 18 cm (TL), Badan coklat gelap, bagian kepala coklat terang dengan gradasi coklat gelap di belakangnya. Juvenil berwarna kuning oranye di bagian perut dan coklat di punggungnya dengan banyak garis biru dan spot di muka dan bagian belakang. Habitat: Biasa dijumpai di daerah laguna yang terlindung, pantai berkarang di daerah banyak alga dengan substrat karang becabang. Range kedalaman 1-20 m. Distribusi: Pasifik barat( Thailand, China, Philippines, Indonesia, New Guinea, Laut Timor (Ashmore Reef), Australia barat, Great Barrier Reef, New Britain dan Kep. Solomon) Tipe pemakan: Alga
(a)                                                    (b)
Gambar 29. Neoglyphidodon nigroris (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Cuvier(1830) dalam marinespecies.org adalah sebagai berikut :
Kingdom :Animalia
     Phylum :Chordata
           Class :Actinopterygi
                     Ordo :Perciformes
                            Family : Pomacentridae
                                  Genus: Neoglyphidodon
      Species: Neoglyphidodon nigroris
Deskripsi menurut Setiawan (2010) Panjang max 13 cm (TL), Juvenil berwarna kuning dengan 2 garis hitam memanjang. Dewasa warna kuning diganti hitam dengan 2 garis vertikal di katup insang. Habitat: Daerah karang yang sehat di laguna dan lereng karang. Soliter. Range 2-23 m. Distribusi: Ada 2 bentuk (yang hitam ekor cagak dari Laut Andaman-Bali – Jepang) dan (Pasifik barat). Yuang keduanya bercampur di Bali. Tipe pemakan: Alga, krustacea kecil, tunikata pelagis/ Omnivora
(a)                                                    (b)
Gambar 30. Lethrinus harak  (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Forsskål (1775) dalam marinespecies.org adalah sebagai berikut :
Kingdom :Animalia
     Phylum :Chordata
           Class :Actinopterygi
                     Ordo :Perciformes
                            Family : Lethrinidae
                                  Genus: Lethrinus
      Species: Lethrinus harak
Deskripsi menurut Setiawan (2010) Panjang max 50 cm (TL), punggung berwarna hijau muda, bercak hitam besar dibadan yang dikelilingi warna kuning, ada titik biru di depan mata, sirip berwarna merah muda. Habitat: Soliter atau kelompok kecil di perairan dangkal, mangrove, laguna, lamun dan karang. Range 0-20m Distribusi: Indo-west Pasifik Tipe pemakan: Ikan kecil, krustacea, moluska / Carnivora.
(a)                                                    (b)
Gambar 31. Pomacentrus philippinus (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Evermann and Seale (1907) dalam marinespecies.org adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
      Phylum : chordata
            Class :Actinopteri
                     Ordo : Perciforme       
                           Family : Pomacentridae
                                   Genus : Pomacentrus
                                            Species :Pomacentrus philippinus
Deskripsi menurut Setiawan (2010) Panjang max 10 cm (FL),badan biru ungu kehitaman dengan warna ekor, ujung dorsal dan anal kuning tua. Spot hitam di pangkal sirip dada/ pectoral. Habitat: Daerah laguna, lereng karang, karang drop-off. Biasa sendiri/berkelompok kecil.range kedalaman 1-12 m. Distribusi: Indo-West Pacific (Maldives - Rowley Shoals, New Caledonia, Tonga,Fiji, utara Kep. Ryukyu) Tipe pemakan: Bentik alga dan zooplankton.
(a)                                                    (b)
Gambar 32. Scarus altipinnis (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Steindachner (1879) dalam marinespecies.org adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
      Phylum : chordata
            Class :Actinopteri
                     Ordo : Perciformes             
                           Family : Scaridae  
                                   Genus : Scarus
                                            Species : Scarus altipinnis
Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah sebagai berikut, Spesies ini tersebar luas di Indo-Pasifik. Ini adalah komponen perikanan subsisten dan ditargetkan di beberapa bagian jangkauan. Ada 60-70% pengurangan dalam 20-30 tahun terakhir dalam setidaknya satu bagian dari rangkaian di Filipina tengah.
(a)                                                    (b)
Gambar 33. Scarus quoyi (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Bennet (1879) dalam marinespecies.org adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
      Phylum : chordata
            Class :Actinopteri
                     Ordo : Perciformes          
                           Family : Scaridae  
                                   Genus : Scarus
                                            Species : Scarus quoyi

Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah sebagai berikut, memiliki panjang tubuh maksimal 40 cm (TL), badan berwarna merah muda di bagian perut dan di bagian atas tubuh berwarna kehijauan. Ciri utamanya adalah hijau stabilo pada bagian atas pangkal ekornya. Hidup di daerah kaya karang di pantai hingga lereng. Cenderung soliter atau berkelompok kecil. Hidup di kedalaman 2-18 m. Distribusi Indo-West Pasifik (India- Vanuatu, utara Kep.Ryukyu, Selatan New Caledonia, Palau di Micronesia)
(a)                                                    (b)
Gambar 34. Scarus oviceps (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (fishbase.org)
Klasifikasi menurut Valenciennes, (1840) dalam marinespecies.org adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
      Phylum : chordata
            Class :Actinopteri
                     Ordo : Perciformes             
                           Family : Scaridae  
                                   Genus : Scarus
                                            Species : Scarus oviceps
Deskripsi menurut Setiawan (2010) Panjang max 90 cm (TL), Kuning-kuning oranye dengan garis biru dibadan (4-5 garis), cagak ekor dan disekitar wajah (IP). Dewasa dasar kuning dengan bagian atasnya biru kehijauan dan sekitar mulutnya. Habitat: Juvenil di daerah laguna. Dewasa, laguna, karang, toll dan daerah curam di lereng karang. Range kedalaman 3-36 m. Distribusi: Indo-Pasifik Tipe pemakan: Alga di karang / herbivora
Berdasarkan fungsi pemanfaatan dan aspek ekologi, ikan karang dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni ikan target, ikan indikator, dan kelompok lain-lain (major groups). Ikan target adalah kelompok jenis-jenis ikan yang dapat dikonsumsi dan biasanya diburu nelayan. Ikan indikator adalah jenis-jenis ikan yang memiliki kehidupan asosiasi yang kuat sekali dengan habitat karang. Reese (1981) dan Hourigan et al. (1998) menetapkan ikan famili Chaetodontidae sebagai indikator species untuk kesehatan karang. Major group adalah kelompok dari jenis-jenis tidak termasuk kelompok pertama dan kedua, dan pada umumnya belum banyak diketahui peranannya di alam, kecuali sebagai suplai makanan. Bagi pemangsa (karnivora). Namun beberapa jenis di antaranya memiliki keindahan warna tubuh sehingga berpotensi sebagai ikan hias.
Kawasan terumbu karang mempunyai struktur habitat yang kompleks dan ini menyediakan banyak ruang sebagai tempat perlindungan bagi berbagai spesies ikan (Connell 1978). Banyak penelitian telah dilakukan untuk melihat pengaruh kompleksitas habitat terhadap populasi ikan terumbu karang, namun hasil yang didapat berbeda-beda dari beberapa kajian yang dilakukan (Chabanet et al. 1997; Gratwicke and Speight 2005). Keberadaan ikan karang pada suatu daerah terumbu karang secara langsung dipengaruhi oleh kesehatan terumbu atau persentase penutupan karang hidup yang berhubungan dengan ketersediaan makanan, tempat berlindung dan tempat memijah bagi ikan (Sukarno et al. 1983). Distribusi dan kelimpahan komunitas ikan karang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor biologi dan fisik seperti gelombang, beban sedimen, kedalaman perairan serta kompleksitas topografi (rugosity) dari substrat terumbu karang (Sano et al. 1984, Galzin et al. 1994, Chabanet et al. 1997).
2.5. Identifikasi Genus Karang (Coral Finder Tool)
Penggunaan coral finder dimulai dari melihat bentuk pertumbuhan karang tersebut  (Branching, Meandering, Massive, Plates, dsb) pada kolom Key Group dalam CoralFinder. Setelah menentukan bentuk pertumbuhannya, selanjutnya adalah mengukur besar koralit pada karang tersebut. Untuk langkah ini gunakan bantuan kaca pembesar dan penggaris/alat ukur. Pada Coral Finder, setelah anda menentukan besar koralit karang yang anda identifikasi, maka anda akan langsung diarahkan pada halaman dimana terdapat jenis-jenis karang yang memiliki besar koralit yang anda ukur sebelumnya. Pada halaman yang sudah dirujuk, lihat dan cari gambar karang yang sesuai dengan karang yang anda sedang amati. Jika terdapat kemiripan antar genus , kerucutkan pilihan anda menjadi 2 jenis saja. Untuk memilih genus yang tepat, terdapat kolom Karakteristik pada tiap-tiap genus. Baca lalu kemudian pilih karang yang memeliki karakteristik yang sama dengan yang ada di Coral Finder.
            Kelebihan coral finder antara lain cepat dan mudah untuk dimengerti. Coral Finder sangat cocok untuk pemula yang ingin belajar mengidentifikasi karang karena sistematis penggunaan Coral Finder ini cukup jelas dan mudah. Coral Finder mempermudah penggunanya dengan meringkas genus-genus karang sebanyak kurang lebih 66 Genus di daerah Indo-Pasific kedalam suatu buku panduan jenis karang yang bisa dibawa ke dalam air. Selain memiliki kelebihan coral finder juga memiliki kelemahan antara lain coral finder hanya menjadikan life form sebagai acuan dasar dalam penentuan genus karang, coral finder tidak bisa menggambarkan coralit secara 3 dimensi sehingga kadang susah untuk membedakan coralit satu dengan yang lain (Kelley, 2012).
(a)                                                    (b)
Gambar 35. Platygyra spp. (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (coral.aims.gov.au)
Klasifikasi menurut Ehrenberg, (1834) dalam Coral.aims.gov.au adalah sebagai berikut :
Kingdom: Animalia
      Phylum: Cnidaria
              Class: Anthozoa
                    Subclass: Hexacorallia
                          Order: Scleractinia
                                Family: Merulinidae
                                          Genus: Platygyra
                                                 Species : Platygyra spp.
            Lifeform meandering, dengan coralit berbagi atau tidak memiliki dinding dan diameter 5-10 mm.
(a)                                                    (b)
Gambar 36. Echinopora spp. (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (coral.aims.gov.au)
Klasifikasi menurut Ehrenberg (1834) dalam coral.aims.gov.au adalah sebagai berikut :
Kingdom: Animalia
      Phylum: Cnidaria
              Class: Anthozoa
                    Subclass: Hexacorallia
                          Order: Scleractinia
                                Family: Merulinidae
                                          Genus: Echinopora
                                                 Species : Echinopora spp.
            Lifeform Branching, tidak memiliki axial coralite dan diameter coralite lebih dari 2 mm.
(a)                                                    (b)
Gambar 37. Acropora formosa (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (coral.aims.gov.au)
Klasifikasi menurut Ehrenberg (1834) dalam coral.aims.gov.au adalah sebagai berikut :
Kingdom: Animalia
      Phylum: Cnidaria
              Class: Anthozoa
                    Subclass: Hexacorallia
                          Order: Scleractinia
                                Family: Acroporaidae
                                          Genus: Acropora
                                                 Species : Acropora formosa
            Lifeform Branching, dengan  axial coralite
(a)                                                    (b)
Gambar 38. Symphyllia spp. (a) Dokumentasi pribadi, (b) referensi (coral.aims.gov.au)
Klasifikasi menurut Ehrenberg (1834) dalam coral.aims.gov.au adalah sebagai berikut :
Kingdom: Animalia
      Phylum: Cnidaria
              Class: Anthozoa
                    Subclass: Hexacorallia
                          Order: Scleractinia
                                Family: Mussidae
                                          Genus: Symphyllia
                                                 Species : Symphyllia spp.
            Lifeform Meandering, dengan coralit berbagi/tidak memiliki dinding dan diameter lebih dari 10 mm.
2.6. Parameter Kualitas Perairan
Saat melakukan pengukuran kualitas perairan di Karimunjawa, terdapat 4 parameter yang diukur, yaitu salinitas, suhu, ph, dan kecerahan. Hasil yang didapat dari pengukuran 4 stasiun tersebut adalah sebagai berikut,
Tabel 1. Parameter kualitas perairan
No.
Parameter
Satuan
St-Gs
St-Nylg
St-MJK
St-MjB
Referensi
1.
Suhu
0C
29
29
29
32

2.
Salinitas
Ppt
32
32
32
32

3.
Ph
-
7.8
7.8
7.9
7.9

4.
Kecerahan
M
100%
100%
100%



 Karang hermatipik dapat bertahan selama beberapa waktu pada suhu sedikit di bawah 20 derajat celcius; akan tetapi , seperti yang di catat oleh Wells (1957) dala Nybakken (1992), tidak ada terumbu yan gberkembang pada suhu minimum tahunan di bawah 18 drejat celcius. Perkembangan terumbu yang paling optimal terjadi di perairan yang rata-rata suhu tahunannya 23 – 25 derajat celcius. Terumbu karang dapat mentoleransi suhu kira-kira 36 – 40 derajat celcius. (Nybakken, 1992)
Faktor pembatas karang antara lain yaitu, Kedalaman. Terumbu karang tidak dapat berkembang di perairan yang lebih dalam dari 50 – 70 m. Kebanyakan terumbu tumbuh pada kedalaman 25 m atau kurang. Cahay, harus cukup tersedia agar fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang dapat terlaksana. Titik kompensasi untuk karang nampaknya merupakan kedalaman di mana intensitas cahaya berkurang samapai 15 – 20 persen dari intensitas permukaan. Salinitas, Karang hermatipik adalah organisme lautan sejati dan tidak dapat bertahan pada salinitas yang menyimpang dari salinitas air laut normal (32 – 35 0/00).  Pengendapan, baik di dalam air atau di atas karang berpengaruh negatif terhadap karang. Kebanyakan karang hermatipik tidak dapat bertahan dengan endapan yang berat, menutupinya dan menyumbat struktur pemberian makananya. (Nybakken, 1992)


III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
            Kondisi penutupan karang berdasarkan hasil praktikum koralogi di Karimun Jawa didapat 2 kategori baik yaitu Pulau Gosong dan pulau Menjangan besar selanjutnya kategori sedang pada pulau Nyemplungan dan Pulau Menjangan Kecil. Penyakit yang didapat terbanyak diperoleh oleh penyakit White plague. Coral Finder merupakan suatu alat dan bantuan untuk menemukan genus karang. Dominasi ikan di kepulauan Karimun jawa didominasi oleh ikan mayor kecuali pada Pulau menjangan besar yaitu herbivora.
3.2. Saran
            Untuk praktikum koralogi kedepanya diharapkan foto dokumentasi benar-benar diperhatikan dan harus ada pengaturan mengenai pengambilan sampel mana yang harus diambil awal. Selain itu analisis data harus benar benar diteliti dengan seksama.




DAFTAR PUSTAKA

Abrar, Muhammad, Imam Bachtiar, dan Agus Budiyanto. 2012. Struktur Komunitas dan Penyakit Pada Karang (Scleractinia) di Perairan Lembata, Nusa Tenggara Timur. Ilmu Kelautan Vol. 17 (2): 109-118.
Adriman .2012. Kondisi Ekosistem Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah Bintan Timur Kepulauan Riau. Jurnal Bekala Perikanan Terubuk Vol. 40 (1):22-35.
Corals of the World. coral.aims.gov.au/factsheet.jsp?speciesCode=0036 diakses pada tanggal 13 November 2016.
Davis M., Gladfelter E., Lund H., Anderson M. 1986. Geographic range and research plan for monitoring white band disease. Biosphere Reserve Research Report No. 6.
Fish Base. http://www.fishbase.org/summary/5459 diakses pada tanggal 13 November 2016.
Loya, Y., G. Bull dan M. Pichon. 2012. Tumor formations inscleractinian corals. Helgol~nder Meeresunters. Vol. 37:99-112.
Marine Species. www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=277164 diakses pada tanggal 13 November 2016.
Nybakken, J.W. 1998. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : Gramedia.
Raymundo, L.J.H., C.D. Harvell, & T.L. Reynolds. 2013. Porites ulcerative white spot disease: description, prevalence, and host range of a new coral disease affecting Indo-Pacific reefs. Dis. Aquatic. Vol. 56:95–104.
Richardson, L.L., and R.A. Aronson. 2002. Infectious diseases of reef corals. Proc. Ninth Intern. Coral Reef Symp. 2: 1225-1230.
Soffer, Brandt M.E., Correa A.M., Smith T.B., Thurber R.V. 2014. Potential role of viruses in white plague coral disease. ISME. Vol. 8(2):271-283.
Suryanti. 2014. Perbedaan Kelimpahan Bulu Babi (Echinoidea) Pada Ekosistem Karang Dan Lamun Di Pancuran Belakang, Karimunjawa Jepara. Jurnal Saintek Perikanan. Vol. 10 (1) : 62-67.
Tuhumena, Jemias R., Janny D. Kusen, Carolus P. Paruntu. 2013. Struktur Komunitas Karang dan Biota Asosiasi pada Kawasan Terumbu Karang di Perairan Desa Minanga Kecamatan Malalayang II dan Desa Mokupa Kecamatan Tombariri. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, vol. 3(1):6-12.
Weil, E. 2004. Coral reef diseases in the wider Caribbean. Springer-Verlag, New York.
Willis, B.L., C.A. Page, & A.D. Dinsdale. 2014. Coral disease on the Great Barrier Reef. In: Rosenberg, E. & Y. Loya (Eds.). Springer-Verlag, Berlin.

















































Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI SISTEM PENCERNAAN IKAN

laporan praktikum akustik dan telemetri kelautan : TARGET STRENGTH