Laporan Praktikum Dasar-dasar Oceanografi Laboratorium
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM
DASAR-DASAR OSEANOGRAFI
Oleh
:
Nama : Rois Ferdinansyah
NIM : H1K014024
Kelompok : 7
Asisten : Reni Witdiati
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2016
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
1.1. TujuanPraktikumMiniatur Gelombang
1.
Dapat mengetahui pengaruh angin terhadap tipe atau
karakteristik gelombang, skala laboratorium.
2.
Dapat menjelaskan pengaruh data-data angin yang dapat mempengaruhi
tipe gelombang.
1.2.TujuanPraktikumDensitas
1.2.1. Salinitas
1. Dapat mengetahui pengaruh
beda salinitas terhadap densitas suatu badan air.
2.
Dapat menjelaskan tentang gejala-gejala yang terjadi pada
perubahan densitas.
1.2.2. Termperatur
1.
Dapat mengetahui pengaruh beda temperatur terhadap densitas
suatu badan air.
2.
Dapat menjelaskan tentang gejala-gejala yang terjadi pada
perubahan densitas.
1.3. TujuanPraktikumCahaya dan Kekeruhan
1.
Dapat mengetahui pengaruh sedimen terhadap suatu badan dan air.
2.
Dapat menjelaskan tentang fenomena yang terjadi pada tingkat
kekeruhan yang berbeda.
II.
MATERI
DAN METODE
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1. MiniaturGelombang
Alat yang
digunakana dalam acara miniatur gelombang adalah gabus, akuarium, penggaris,
kamera dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum miniatur gelombang adalah air dengan ukuran volume sama dengan akuarium.
2.1.2 Densitas
a.
Salinitas
Alat yang digunakan dalam acara densitas salinitas adalah akuarium,
Handrefraktometer, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum densitas
salinitas adalah air dengan ukuran volume sama dengan aquarium, air garam atau
jumlah garam yang dilarutkan, dan zat pewarna.
b.
Temperatur
Alat yang
digunakan dalam praktikum densitas temperature adalaha aquarium, gelas ukur 1
L, kertas laminating, dan alat tulis.
Bahan yang
digunakan pada praktikum densitas temperature adalah, air
dengan ukuran volume sama dengan aquarium, air es dan zat pewarna hijau dan
merah.
2.1.2. Cahaya
dan Kekeruhan
Alat yang
digunakan dalam praktikum cahaya dan kekeruhan adalah aquarium, senter,
penggaris, dan alat tulis.
Bahan yang
digunakan dalam praktikum cahaya dan kekeruhan adalah sedimen
lumpur dengan variasi berat (gram) atau bias diganti dengan menggunakan tepung.
2.2. Cara kerja
2.2.1. Miniature gelombang
-
Diletakkan gabus didalamnya disisi lebar
-
Tempelkan penggaris pada sisi panjang
-
Tekan gabus (½ ukurannya)
-
Amati, ukur panjang, jumlah dan waktu gelombang,
hitung
-
Tekan gabus (penuh)
-
Amati, ukur panjang, jumlah dan waktu gelombang,
hitung
|
2.2.2.
Densitas
a.
Salinitas
|
-
Disiapkan, disi air 3 gayung
-
|
-
Ambil sampel air bersalinias
-
Teteskan air sampel pada permukaan kaca
-
|
-
Ambil 1 gayung air tanpapewarnasecara perlahan dimasukan ke
akuarium dengan kertas hvs laminating
-
|
-
Ambil sampel air bersalinitas dari dasar (warna
hijaupekat), tengah
(warna hijau),
permukaan (bening)
-
Teteskan air bersalinitas pada permukaan kaca
-
Baca ukuran salinitasnya
b. Temperatur
|
-
Disiapkan,
disi air dingin 3 gayung
-
|
-
Dimasukkan
kedalam air dingin
-
Diamkan ± 10 menit
-
|
-
Ambil
1 gayung air dan diberi pewarna (merah), secara perlahan dimasukan ke akuarium
dengan kertas hvs laminating
-
|
-
Dimasukkan
kedalam air sampel dari dasar (warna hijau), tengah (warna orange), permukaan (warna merah)
-
Diamkan ± 10 menit
-
Baca skala yang ditunjukan thermometer dan catat
|
|||
2.2.3. Cahaya dan Kekeruhan
-
Diisi air ± 8 liter
-
ditimbang sedimen (tepung) lalu masukan ke dalam akuarium
-
Nyalakan sumber cahaya (senter) dari arah sisi lebar akuarium
-
Dihitung panjang lintasan sinar yang menembus air terhitung
dari sisi akuarium
|
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Acara Miniatur Gelombang
3.1.1 Hasil
Tabel 1. Data hasil pengamatan miniatur gelombang tekana ½
Kelompok
|
X
|
T
|
N
|
T
|
F
|
V
|
λ
|
H
|
1
|
50
|
0.6
|
1.5
|
0.66
|
1.61
|
53.17
|
33.39
|
5.06
|
2
|
50
|
0.91
|
2
|
0.45
|
2.19
|
54.76
|
24.3
|
0.9
|
3
|
50
|
2.3
|
1.16
|
2.43
|
0.5
|
22.2
|
55.5
|
2.86
|
4
|
50
|
1.16
|
1.66
|
0.96
|
1.43
|
43.1
|
30.12
|
2.3
|
5
|
50
|
0.75
|
1.3
|
0.58
|
1.73
|
66
|
38
|
2.4
|
6
|
50
|
0.79
|
2.3
|
0.34
|
2.91
|
63.3
|
80.1
|
0.4
|
7
|
50
|
1.33
|
2.26
|
0.58
|
1.72
|
37.5
|
21.75
|
1.1
|
8
|
50
|
1.2
|
3
|
0.42
|
2.35
|
41.6
|
17.7
|
1.6
|
9
|
50
|
1.09
|
2
|
0.54
|
1.83
|
45.8
|
25.06
|
2.13
|
10
|
50
|
1.15
|
1.33
|
0.9
|
1.17
|
43.5
|
38.93
|
1.33
|
11
|
50
|
1.34
|
2
|
0.68
|
1.48
|
37.09
|
25.03
|
2
|
12
|
50
|
1.35
|
2.67
|
0.5
|
1.99
|
37.31
|
18.74
|
2.66
|
Tabel 2. Data hasil pengamatan miniatur gelombang tekanan 1
KELOMPOK
|
X
|
T
|
N
|
T
|
F
|
V
|
λ
|
H
|
1
|
50
|
0.85
|
1.33
|
0.67
|
1.62
|
59.67
|
28.27
|
8.53
|
2
|
50
|
1.05
|
2.16
|
0.48
|
2.05
|
47.61
|
22.85
|
1.33
|
3
|
50
|
2.3
|
1
|
2.3
|
0.43
|
22.2
|
51.77
|
4.6
|
4
|
50
|
0.93
|
1.5
|
0.62
|
1.61
|
53.76
|
33.39
|
3.4
|
5
|
50
|
1.31
|
1.4
|
0.94
|
1.07
|
35
|
35
|
2.4
|
6
|
50
|
0.93
|
3
|
0.31
|
3.22
|
53.76
|
57.8
|
2.6
|
7
|
50
|
0.9
|
1.75
|
0.51
|
1.96
|
55.5
|
28.3
|
3.6
|
8
|
50
|
0.87
|
2
|
0.43
|
2.29
|
57.4
|
25.06
|
2
|
9
|
50
|
1.26
|
2.5
|
0.4
|
1.98
|
39.7
|
20.04
|
3
|
10
|
50
|
0.87
|
0.5
|
1.75
|
0.58
|
57.47
|
99.94
|
3.8
|
11
|
50
|
0.92
|
1.5
|
0.58
|
1.63
|
54.35
|
33.34
|
3
|
12
|
50
|
0.75
|
1.7
|
0.44
|
2.67
|
66.67
|
28.27
|
4.34
|
3.1.1 Pembahasan
Gambar 1.
Grafik Miniature Gelombang Tekanan 1/2
Gambar 2.
Grafik Miniature Gelombang Tekanan 1
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air
dengan arah tegak lurus permukaan air yang membentuk kurva sinusoidal. Adapaun
pencetus gelombang laut dapat disebabkan oleh angin (gelombang angin), daya
tarik bumi-bulan-matahari (gelombang pasang surut), gempa (vulkanik atau
tektonik) didasar laut (gelombang tsunami) ataupun gelombang yang disebabkan
oleh gerakan kapal. Namun ada juga istilah gelombang
permukaan laut dan gelombang internal. (Riadi,
2016).
Hutabarat dan Evans (2006) Sifat-sifat gelombang paling tidak
dipengaruhi oleh tiga Faktor:
- Kecepatan angin. Umumnya makin kencang angin yang tertiup makin besar gelombang yang terbentuk dan gelombang ini mempunyai kecepatan yang tinggi dan panjang gelombang yang besar.
- Waktu di mana angin sedang bertiup. Tinggi, kecepatan dan panjang gelombang seluruhnya cenderung untuk meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin pembangkit gelombang mulai bergerak bertiup.
- Jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup (dikenal sebagai fetch)
Gelombang laut yang terbentuk akibat tiupan angin
setempat umumnya mempunyai ketinggian yang kecil (kurang dari 0.5 meter) dan
mempunyai periode waktu kurang dari 4 detik. Hal ini disebabkan oleh
terbatasnya daerah tiupan angin.
Sedangkan gelombang yang terbentuk di daerah lepas pantai atau di tengah laut
seringkali mempunyai energi yang besar akibat luasnya daerah tiupan angin dan
lebih besarnya tiupan angin di laut dibandingkan dengan tiupan angin di pantai.
Musim juga akan mempengaruhi ketinggian gelombang pada daerah lepas pantai,
sesuai dengan kondisi cuaca, kecepatan angin, dan musim (Purba, 2014). Selain
itu gravitasi juga mempengaruhi besar kecilnya gelombang yang berpengaruh
terhadap tekanan dimana gravitasi memberikan tekanan ke bawah perluasan area (Nkomom, 2016).
Hasil praktikum
miniatur gelombang menunjukkan perbandingan hasil dari nilai gelombang yang
menggunakan tekanan steroform sebagai gaya pembangkit untuk menimbulkan
gelombang. Percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali ulangan pada tekanan 1/2 dan
1. Praktikum ini mendapatkan hasil pada tekanan kecil (1/2) adalah menghasilkan
gelombang dengan waktu 1,33s,
jumlah gelombang 2,26,
periode 0,58 s,
frekuensi 1,72Hz,
kecepatan 37,5
cm/s, panjang gelombang 21,75 cm, dan tinggi gelombang 1,1cm. Hasil untuk
tekanan besar (1) adalah menghasilkan gelombang dengan waktu 0,9 s, jumlah
gelombang 1,75,
periode 0,51s,
frekuensi 1,96 Hz,
kecepatan 55,5
cm/s, panjang gelombang 28,3cm, dan tinggi gelombang 3,6cm. Hasil yang diperoleh dari praktikum
penggambaran gelombang dengan skala kecil (miniatur
gelombang) menunjukkan bahwa
semakin berat tekanan yang diberikan mengakibatkan semakin bertambahnya tinggi
gelombang, periode, kecepatan gelombang, dan semakin berkurangnya panjang
gelombang .
3.2. Acara Densitas Salinitas dan Temperatur
3.2.1 Hasil
Tael 3. Data Pengamatan Densitas Salinitas
BagianAkuarium
|
Salinitas (ppt)
|
Permukaan
|
0
|
Tengah
|
5
|
Dasar
|
6
|
Table 4. Data Pengamatan Densitas Temperature
BagianAkuarium
|
Temperatur
|
Permukaan
|
24
|
Tengah
|
22
|
Bawah
|
21
|
3.2.2. Pembahasan
Gambar 4.Grafik
Densitas salinitas
Gambar 5.Grafik
Densitas temperature
Distribusi
densitas dalam perairan dapat dilihat melalui stratifikasi densitas secara
vertikal dalam kolom perairan dan perbedaan secara horizontal yang disebabkan
oleh arus. Densitas air laut tergantung pada suhu dan salinitas serta semua
proses yang mengakibatkan berubahnya suhu dan salinitas. Densitas permukaan
laut berkurang apabila ada pemanasan, presipitasi, dan aliran sungai, serta
dapat meningkat jika terjadi evaporasi dan menurunnya suhu permukaan. Suhu
adalah ukuran energi gerakan molekul sedangkan salinitas adalah kadar garam
seluruh zat yang larut dalam 1.000 gram air laut, dengan asumsi bahwa seluruh
karbonat telah diubah menjadi oksida, semua brom dan lod diganti dengan khlor
yang setara dan semua zat organik menga1ami oksidasi sempuma (Zaim, 2012).
Faktor yang
mempengaruhi sebaran salinitas adalah curah hujan. Pada bulan basah salinitas
pada kolom perairan cenderung naik sedangkan pada bulan kering salinitas pada
kolom perairan turun (Ramawijaya, 2012). Selain itu, pada saat pasang air
bersalinitas rendah cenderung lebih tebal dibanding pada saat surut. Angin juga
akan mempengaruhi ketebalan air bersalinitas rendah dan kecepatan percampuran
antar massa air (Kalangi, 2012).
Kedalaman
sangat berpengaruh terhadap suhu, suhu permukaan akan lebih tinggi daripada
kolom perairan yang mempunyai nilai kedalaman yang tinggi. Namun stabilitas
suhu di perairan dalam lebih stabil dibandingkan suhu pada permukaan khususnya
pada saat perubahan musim seperti di negara dengan 4 musim. Jadi Musim juga
berpengaruh terhadap sebaran suhu pada kolom perairan (Velaoras, 2012).
Hasil yang didapat pada pengukuran salinitas yaitu pada
bagian permukaan 0ppt, bagian tengah 5ppt dan bagian dasar 6ppt. Hal ini
membuktikan bahwa salinitas mempengaruhi densitas, semakin tinggi salinitas
kerapatannya semakin rapat atau densitasnya semakin rapat dan kedalaman semakin
meningkat (Velaoras, 2012).
Hasil yang
didapat pada pengukuran suhu setelah perlakuan penambahan air dingin yaitu pada bagian
permukaan memiliki temperatur
24 °C, temperatur tengah mempunyai nilai 22°C dan temperatur
dasar mempunyai nilai 21°C.
Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan massa air dingin dan massa air biasa yang
tidak tercampur, sehingga mengakibatkan massa air dingin berada di dasar dan
massa air biasa berada di bagian permukaan. Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa semakin
dalam suatu perairan makan temperature perairan tersebut akan semakin rendah
atau dingin. Densitas air laut naik
sejalan dengan kenaikan salinitas dan tekanan serta penurunan temperatur
3.3. Acara Cahaya dan Kekeruhan
3.3.1. Hasil
Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Cahaya dan
Kekeruhan
Kelompok
|
PanjangCahaya (cm)
|
BanyakSubstrat (gr)
|
1
|
40
|
0
|
2
|
19
|
5
|
3
|
14
|
10
|
4
|
10
|
15
|
5
|
7
|
20
|
6
|
5
|
25
|
7
|
4
|
30
|
3.3.2. Pembahasan
Gambar 5.Grafik Cahaya
dan Kekeruhan
Kekeruhan (Turbidity) menggambarkan
sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan
dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan
oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya
lumpur dan pasir halus). Air yang memiliki nilai kekeruhan rendah biasanya
memiliki nilai warna tampak dan warna sesungguhnya yang sama dengan warna
standar (Huda, 2010).
Kekeruhan
pada air limbah disebabkan oleh materi tersuspensi , seperti tanah liat , lumpur
, bahan organik dan anorganik , larutan berwarna, plankton dan organisme
mikroskopis lainnya (Mandal, 2014). Parameter kualitas air seperti kekeruhan
dan kecerahan sangat berkaitan terhadap sebaran padatan tersuspensi, dimana
bila semakin keruh suatu perairan maka nilai total padatan tersuspensi semakin
tinggi pula dan kecerahan suatu perairan semakin rendah. Hal tersebut juga
mempengaruhi biota-biota air untuk mendapatkan intensitas cahaya matahari. Bila
suatu perairan memiliki nilai kekeruhan atau total padatan tersuspensi yang
tinggi maka semakin rendah nilai produktivitas suatu perairan. Padatan
tersus-pensi, kecerahan dan kekeruhan merupakan parameter-parameter yang saling
terkait satu sama lain. Peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi sebanding
dengan pening-katan konsentrasi kekeruhan dan berbanding terbalik dengan
kecerahan. Ketiga param-eter tersebut mempunyai peranan yang sangat penting
dalam produktivitas perairan. Hal ini berkaitan erat dengan proses fotosintesis
dan respirasi organisme perairan. Keberadaan total padatan tersuspensi di
perairan mempengaruhi intensitas cahaya ma-tahari yang masuk ke dalam badan air
(Jewlaika, 2014).
Berdasarkan
hasil praktikum cahaya dan kekeruhan dikerahui hasil pada substrat 5gr dapat
menembus cahaya 19cm, 10 gr menembus cahaya 14 cm, 15 gr menembus
cahaya 10 cm, 20 gr menembus cahaya 7 cm, 25 gr menembus cahaya 5cm dan subtrat
30 gr cahaya menembus 4 cm. Hasil praktikum dapat menunjukan semakin banyak
sedimen yang terlarut dalam air maka tingkat kecerahan semakin berkurang.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Faktor
yang mempengaruhi gelombang adalah angin.Sifat gelombang karena pengaruh angin
tergantung pada kecepatan angin dimana semakin kencang angin bertiup semakin
besar gelombang yang terbentuk dan memiliki kecepatan serta panjang gelombang
yang besar.
2. Semakin besar tekanan yang diberikan
maka mengakibatkan semakin bertambahnya tinggi gelombang, periode, kecepatan
gelombang dan semakin berkurangnya panjang gelombang..
3. Berat
jenis garam terlarut lebih besar dibanding berat jenis air tawar, sehingga
lapisan yang terjadi pada perairan dari atas ke bawah semakin tinggi salinitas
dan semakin besar berat jenisnya.
4. Salinitas memiliki pengaruh
yang dominan terhadap densitas pada lapisan permukaan sedangkan pada lapisan
lebih dalam dari 30 m suhu cenderung lebih dominan terhadap densitas.
5. Semakin
turun ke bawah (dalam) suatu perairan maka densitasnya semakin besar akibat
pengaruh gravitasi, serta semakin rendah temperatur suatu perairan.
6. Densitas air laut naik
sejalan dengan kenaikan salinitas dan tekanan serta penurunan temperatur.
7. Kekeruhan disebabkan oleh
adanya sedimentasi, proses transportasi sedimen di muara dapat mempegaruhi
tingkat kekeruhan secara maksimal dan juga proses turbulensi.
8. Semakin
banyak zat yang terkandung dalam suatu perairan (keruh) maka semakin sulit
penetrasi cahaya yang masuk.
3.2.
Saran
Praktikan harus
mengikuti petunjuk di diktat dan petunjuk asisten agar praktikum berjalan
lancer dan
efisien serta praktikan harus teliti dalam menghitung setiap parameter yang ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Riadi,
Muchlisin. 2016. Teori Gelombang Laut.
Dalam http://www.kajianpustaka.com/2016/01/teori-gelombang-laut.html.
Diakses 05 Mei 2016.
Nkomom.
2016. Numerical Simulation of Water Waves’ Modulational Instability under the
Effects of Wind’s Stress and Gravity Force Relaxation. Open Journal of Marine Science. Vol 6: 93-102.
Hutabarat, S. Dan Evans, S., M. 2006. Pengantar
Oseanografi. UI Press. Jakarta.
Purba, Noir Primadona. 2014.
Variabilitas Angin dan Gelombang Laut Sebagai Energi Terbarukan di Pantai
Selatan Jawa Barat. Jurnal Akuatika.
Vol 5 (1):8-15.
Kalangi, PNI., KWA Masengi., M Iwata., FPT
Pangalila., IF Mandagi. 2012. Profil salinitas dan suhu di Teluk Manado pada
hari hari hujan dan tidak hujan. Jurnal
Perikanan dan Kelautan Tropis, Vol 7(3): 90-93.
Ramawijaya. 2012. Variabilitas
Parameter Oseanografi dan Karbon di Teluk Banten. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol 3 (3):339-346.
Velaoras. 2012. Temperature and
salinity variability in the Greek Seas based on POSEIDON stations time series:
preliminary results. Mediterranean Marine
Science, Vol 10:8-15.
Zaim, Mahram. 2012. Pengertian Suhu dan
Salinitas. Dalam http://mahranzaim.blogspot.co.id/2012/11/1.html.
Diakses tanggal 5 Mei 2016.
Huda, 2010. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Air. Dalam http://mc-tester.com/faktor-yang-mempengaruhi-kekeruhan-air/
Diakses tanggal 5 Mei 2016.
Mandal, Harashit Kumar. 2014. Influence
of Wastewater PH on Turbidity. International
Journal of Environmental Research and Development. Vol 4 (2):105-114.
Jewlaika,
Lady. Studi Padatan Tersuspensi di Perairan Pulau Topang Kabupaten Kepulauan
Meranti Provinsi Riau. Jurnal Perikanan
dan Kelautan, Vol 19 (1):53-66
LAMPIRAN
Perhitungan miniature gelombang
1.
Menggunakan tekanan
Tinggi
gelombang = 1,1 cm
Waktu (t) =
1,33 sekon
Banyak
gelombang = 2,26 gelombang.
Jarak = 50 cm
Jawab
:
a.
Periode
gelombang :
T =
T =
T = 0,58 sekon
b.
Frekuensi
gelombang :
F =
F =
F = 1,72 Hz
c.
Cepat
rambat gelombang
V =
V =
V = 37, 5 m/s
d. Panjang gelonmbang
Λ = V. T
Λ = 37,5 X 0,58
= 21, 75 m/s-1
2.
Menggunakan tekanan
Tinggi
gelombang = 3,6 cm
Waktu (t) = 0,9
sekon
Banyak
gelombang = 1,75 gelombang.
Jarak = 50 cm
Jawab
:
e.
Periode
gelombang :
T =
T =
T = 0,51 sekon
f.
Frekuensi
gelombang :
F =
F =
F = 1,96 Hz
g.
Cepat
rambat gelombang
V =
V =
V =55,5 m/s
h. Panjang gelonmbang
Λ = V. T
Λ = 55,5 x 0,51
= 28,3 m/s-1
Lampiran
Foto
Gambar 6. Densitas temperature
Gambar 7. Densitas Salinitas
vvvvv
Gambar 8. Pengamatan Miniatur Gelombang Tekanan
1
Gambar 9. Pengamatan Miniatur Gelombang Tekanan
1
Komentar
Posting Komentar