PENGUKURAN LONGITUDINAL FAKTOR FISIKA KIMIA KUNCI DI SEGARA ANAKAN



ACARA II
PENGUKURAN LONGITUDINAL FAKTOR FISIKA KIMIA KUNCI DI SEGARA ANAKAN


logo unsoed.jpg









Disusun oleh :

Kelompok 1
Asisten: Emha A.



PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015

BAB I
PENDAHULUAN

            Segara Anakan merupakan laguna yang terletak di Kecamatan Kawungunten Kabupaten Cilacap yang berada pada perbatasan antara Kabupaten Ciamis Jawa Barat dengan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah . Segara Anakan merupakan suatu laguna semi tertutup yang terhalang oleh Pulau Nusakambangan dan dikelilingi oleh muara sungai dimana kondisinya secara terus menerus mengalami penurunan lingkungan (Pamungkas,2003). Segara anakan merupakan estuary dimana estuari adalah jenis perairan yang memiliki variasi yang tinggi ditinjau dari faktor fisik, kimia, biologi, ekologi dan jenis habitat yang terbentuk di dalamnya. Oleh karena itu interaksi antara komponen fisik, kimia dan biologi yang membentuk suatu ekosistem sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena dinamika dari estuari sangat besar, baik dalam skala waktu yang pendek karena adanya pasang surut maupun dalam skala waktu yang panjang karena adanya pergantian musim. (Krebs,1978).
Faktor fisik seperti salinitas, suhu, kekeruhan, penetrasi cahaya, kedalaman, kecepatan arus dan Total Suspended Solid atau TSS.Yang pertama adalah salinitas dimana salinitas merupakan faktor dominan. Secara definitif, sutu gradient salinitas akan tampak pada suatu saat tertentu. Tetapi pola gradient bervariasi  bergantung pada musim, topografi estuaria, pasang surut dan jumlah air tawar. Tetapi ada juga faktor lain yang berperan dalam mengubah pola salinitas. Estuaria memiliki peralihan (gradien) salinitas yang  bervariasi, terutama tergantung pada permukaan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tetapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menyangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas yang rendah. (Praktiko, 2006).
            Salinitas merupakan jumlah gram garam yang terlarut dalam satu kilogram air laut ( Millero and Sons, 1992). Konsentrasi garam dikontrol oleh batuan alami yang mengalami pelapukan, tipe tanah, dan komposisi kimiadasar perairan. Salinitas merupakan indikator utama untuk mengetahui penyebaran massa air lautan sehingga penyebaran nilai-nilai salinitas secara langsung menunjukkan penyebaran dan peredaran massa air dari satu tempat ke tempat lainnya. Salinitas juga mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan organisme perairan termasuk ikan, dimana secara fisiologis salinitas berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut.

           


BAB II
MATERI DAN METODE

2.1              Materi
2.1.1    Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum “Pengukuran Longituninal Faktor Fisika Kimia di Segara Anakan” adalah : gelas air mineral, tissue, dan hand refraktometer (alat pengukur salinitas)
2.1.2   Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum “Pengukuran Longituninal Faktor Fisika Kimiadi Segara Anakan” adalah : Aquades dan Air di Segara Anakan
2.2              Metode
2.2.1        Prosedur Kerja
1.      Hand refraktometer dibersihkan dengan akuades dan di lap dengan tissue
2.      Air laut diambil dengan menggunakan gelas plastic
3.      Air pada gelas plastik di teteskan pada hand refractometer dan diamati skala salinitasnya
4.      Melakukan pengambilan sampel air tiap 15 menit sekali berurutan pada kanan maupun kiri kapal
2.3              Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jumat dan sabtu pada tanggal 3 sampai 4 Oktober 2015 di Segara Anakan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Tabel 1. Data salinitas di sungai segara anakan
No.
Waktu
Salinitas (ppt)
1.
15 menit ke-1
28
2.
15 menit ke-2
27
3.
15 menit ke-3
27
4.
15 menit ke-4
26
5.
15 menit ke-5
26
6.
15 menit ke-6
26
7.
15 menit ke7
25
8.
15 menit ke-8
23
9.
15 menit ke-9
24







3.2 Pembahasan
Grafik 1. Data salinitas di Segara Anakan


 









Pengambilan sampel data salinitas secara longitudinal yang di lakukan pada sungai Serayu bermuara di Segara Anakan untuk kemudian dilanjutkan ke Laut Cilacap.Waktu pengambilan data dilakukan setiap 15 menit dan dilakukan selama 150 menit atau setara dengan 2 jam 30 menit dilakukan secara bergantian antara kelompok 1 dan 2. Pengambilan sampel dilakukan selama 15 menit sebanyak 9 kali. 15 menit pertama, kelompok 1 mendapatkan data salinitas sebesar 28 ppt. Pada 15 menit kedua dan tiga data salinitas yang diperoleh dari pengukuran sebesar 27 ppt. Kemudian pada 15 menit ke empat, lima dan enam data salinitas yang diperoleh sebesar 26 ppt. Selanjutnya pada 15 menit ketujuh kelompok satu mengalami penurunan data yaitu sebesar 25 ppt. Selanjutnya 15 menit kedelapan salinitas yang diperoleh sebesar 23 ppt. Kemudian 15 menit kesembilan terjadi kenaikan yang tidak begitu signifikan menjadi sebesar 24 ppt.
            Perubahan salinitas dari data diatas adalah terjadi penurunan pada setiap 15 menit. Menurut (Armita, 2011) factor yang mempengaruhi besar kecilnya dan perubahan salinitas yang terjadi pada suatu perairan disebabkan oleh adanya penguapan, curah hujan, Air sungai, letak dan ukuran laut, arus laut, angina dan kelembapan udara yang berpengaruh di atasnya. Selanjunya Menurut  Praktiko, (2006) bahwa Secara definitif, satu gradient salinitas akan tampak pada suatu saat tertentu. Tetapi pola gradient bervariasi  bergantung pada musim, topografi estuaria, pasang surut dan jumlah air tawar. Tetapi ada juga faktor lain yang berperan dalam mengubah pola salinitas. Pasang surut merupakan salah satu kekuatan. Oleh karena itu, pada berbagai musim suatu titik tertentu diestuaria dapat mengalami salinitas yang berbeda-beda . Estuaria memiliki peralihan (gradien) salinitas yang  bervariasi, terutama tergantung pada permukaan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tetapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menyangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas yang rendah.
            Pola longitudinal adalah pola memangjang dari hilir ke hulu untuk mengetahui faktor fisika kimia suatu lingkungan perairan dan mengetahui organisme yang hidup di perairan tersebut. Pola longitudinal digunakan disuatu perairan seperti sungai. Distribusi longitudinal terjadi dimana kemiringan tidak jauh berbeda dari hulu ke hilir. Daerah hulu biasanya menunjukan toleransi yang besar sampai sepanjang sungai. Perubahan longitudinal yang jelas berhubungan dengan perubahan yang sangat terlihat yaitu suhu, kecepatan arus dan pH (Odum, 1973).



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1              Kesimpulan
Rata-rata salinitas yang ada pada perairan segara anakan yakni 25,78 ppt atau beradadi bawah standar salinitas perairan pesisir yakni 28-35 ppt. Faktor kunci fisika kimia yang mempengaruhi di sungai Segara Anakan adalah curah hujan, air sungai, letak dan ukuran laut, arus laut, angin dan kelembapan udara yang berpengaruh di atasnya.
4.2              Saran
Dalam pengambilan sampel dan penggunaan alat harus dilakukan dengan teliti dan cermat serta sesuai prosedur kerja karena hand refractometer mempunyai sensitifitas yang tinggi oleh karena itu kebersihan alat juga harus diperhatikan



DAFTAR PUSTAKA

Armita, Dewi. 2011. Analisis perbandingan kualitas air di daerah budidaya rumput laut dengan daerah daerah tidak ada budidaya rumput laut di dusun malelaya, desa punaga, kecamatan mangarabombang, kabupaten takalar. Skripsi. Program Sarjana, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Krebs, C.J. 1978.Ecological Methodology. New York: Harper and Row Publisher

Millero, F.J. dan Sohn, M.L., 1991, Chemical Oceanography , CRC Press, London  

Odum, E.P.1973. Dasar-dasar Ekologi. diterjemahkan oleh Thahmosamingan. Yogyakarta : Gadjah Mada Press.

Pamungkas, O. 2003. Struktur dan Komposisi Hutan Mangrove di Segara Anakan Cilacap. Laporan Penelitian. FPIK-Ilmu Kelautan Undip.

Pratikto, I. & Rochaddi, B. 2006. Ekologi perairan Delta Wulan Demak, Jawa Tengah : korelasi sebaran gastropoda dan bahan organik dasar di kawasan mangrove. Ilmu Kelautan 11(4): 76-78.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI SISTEM PENCERNAAN IKAN

laporan praktikum akustik dan telemetri kelautan : TARGET STRENGTH

Laporan Praktikum Koralogi